Cahaya Pencuri
Konon, hiduplah manusia
sebatangkara yang berprofesi sebagai pencuri. Sebut saja dia Kiki, perjalanan
hidupnya dari kecil hingga dewasa ia lalui dengan aktivitas mencuri. “Tiada
hari tanpa mencuri” itulah prinsip hidupnya. Ia mencuri bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhannya, tapi juga untuk menghibur dirinya. Jadi, saat dia sedang
galau, untuk menghibur diri ia pergi mencuri.
Hari demi hari berlalu berganti
bulan hingga berkumpul menjadi tahun, Kiki semakin tua dan ia merasa sebentar
lagi ajal menjemputnya. Namun, di usianya yang sudah renta ia masih saja
memiliki kekuatan untuk melakukan pencurian, seolah mencuri dan dirinya sudah
melebur menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan dengan kata lain sudah
mendarah daging. Ia memiliki kebiasaan mencuri dalam rentang waktu pukul 12:00
pm sampai 05:00 am. Senyenyak apapun tidurnya dan selemah apapun raganya ia
pasti meluangkan waktunya untuk mencuri pada jam tersebut.
Suatu ketika, di tengah
aktivitasnya yang sementara mencuri tak sengaja ada orang yang sedang
memerhatikannya tanpa menegurnya. Lama-lama, Kiki sadar ada yang mengikutinya, ia pun panic dan heran, Karena
biasanya dia tidak pernah ketahuan. Orang tersebut bahkan ikut mengendap-endap
seperti pencuri. Dengan suara yang pelan dan senyuman ia menyapa Kiki (Si
Pencuri Profesional) dan berkata, “Mau mencuri juga ya ?”. dengan wajah tanpa
ekspresi dan mata yang melongok Kiki menjawab,”iii…..iya”. “sama, saya juga mau
mencuri”, ujar orang tersebut. “Lalu, mengapa anda memakai baju tidur ?”,tanya
Kiki. “Sebenarnya, selain sebagai pencuri, saya juga sebagai pemilik rumah
ini”, jawab orang tersebut dengan santai. Tanpa berpikir panjang, Kiki langsung
kabur. Tapi sial, ternyata pintu rumah sudah dikunci dan memang sudah
dipersiapkan untuk menjebak Kiki. “Ahhh… sudah tidak ada harapan, pasti saya
akan dijebloskan ke sel”, gumam kiki. Tetapi di luar dugaan, ternyata pemilik
rumah tersebut malah mengajak Kiki berbincang-bincang tentang alasannya
mencuri. Ia pun menjelaskan semuanya
kepada pemilik rumah tersebut. Pemilik rumah berjanji tidak akan melaporkannya
ke polisi asalkan ia bisa mengubah kebiasaan buruknya tersebut.
Kiki berjanji akan berusaha
menghentikan kebiasaannya. Malam tiba, seperti biasa Kiki berangkat untuk
memenuhi kebutuhannya, apalagi kalau bukan mencuri. Setelah pulang, ia baru
teringat janjinya kepada orang tersebut. Ia pun menyesal karena tidak bisa
mengendalikan dirinya sendiri dari nafsunya. Keesokan harinya, ia bertekad
tidak akan pergi mencuri. Bahkan, ia memakan obat tidur supaya tidak terbangun
untuk mencuri. Tapi semua itu sia-sia, lagi-lagi ia tetap terbangun dan
melakukan hal itu lagi. Saking terbiasanya, ia merasa bahwa tidak akan ada hal
apapun yang mampu mengubah kebiasaanya termasuk diancam masuk tahanan.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menyerahkan diri ke polisi saja, karena ia
berpikir sudah tua dan ujung-ujungnya pasti mendapatkan siksa.
Ketika ia bercerita dengan pemilik
rumah yang tadi tentang keinginannya untuk menyerahkan diri, sang pemilik rumah
malah melarangnya, ia berkata bahwa di sisa hidupnya itu harus diisi dengan
hal-hal yang lebih bermanfaat daripada bersarang di sel. Orang ini, mencoba
memberi saran supaya Kiki menjalankan sholat lima waktu dengan tepat waktu. “Tidak
usah berhenti mencuri, cukup kamu harus menjalankan sholat lima waktu dengan
tepat waktu”,ujar orang tersebut. Meskipun Kiki tidak mengerti apa maksud orang
tersebut dan apa hubungannya sholat
dengan mencuri juga tidak bisa diidentifikasi, tapi ia mencoba menjalankan
saran tersebut.
Selalu terngiang di telinganya
tentang saran orang tersebut yang mengharuskannya sholat. Di mana pun Kiki
berada pasti ia selalu memerhatikan panggilan adzan. Apabila adzan telah
berkumandang, sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktu untuk sholat tepat
pada waktunya. Hingga akhirnya, di suatu malam di mana ia seperti biasa
melakukan aktivitas rutinnya yaitu mencuri dan kali ini ia nekat mencuri di
rumah yang amat ketat penjagaannya. Saking ketatnya, butuh waktu lama untuk
melewati seluruh rintangan sampai masuk ke tempat penyimpanan barang berharga
si pemilik rumah. Di tengah-tengah kesibukannnya mengambil barang, terdengar
bunyi adzan subuh yang menunjukkan waktu shalat subuh. Seketika Kiki langsung
teringat komitmennya untuk shalat tepat pada waktunya. Tapi di sisi lain, ia
sama saja menyerahkan diri apabila ia melaksanakan sholat karena harus
mengeraskan suara. Setelah lama berpikir, ia memutuskan untuk tetap
melaksanakan sholat subuh. Ia mengambil air wudhu, lalu kemudian
mengumandangkan adzan selayaknya aturan dalam Islam. Suaranya membangunkan sang
pemilik rumah. Bukannya takut,pemilik rumah malah heran sekaligus takjub dengan
apa yang dilihatnya. Tanpa berpikir panjang, Si pemilik rumah langsung
mengambil air wudhu dan ikut shalat di belakang Si pencuri. Selesai shalat, Si
pencuri baru menyadari ternyata ada makmum yang mengikutinya dan itu tidak lain
adalah si pemilik rumah. Si pencuri langsung panic dan tidak tau apa yang harus
dilakukannya. “tamatlah riwayatku, pasti pemilik rumah ini tidak akan memaafkan
saya”, gumam Kiki. Tapi di luar dugaan, dengan nada suara ramah si pemilik
rumah berkata,”subhanallah… begitu indah nikmat yang diberikan Tuhan pada subuh
ini,sungguh suatu keajaiban. anda pasti malaikat yang mengunjungi rumah ini ”.
Kiki langsung terkejut dan hampir pingsan mendengar pernyataan itu, ternyata Ia
dikira malaikat oleh si pemilik rumah. Ia pun langsung berlari keluar dan
pulang. Hari itu ia menggigil kedinginan karena tidak habis pikir bahwa dia
dianggap malaikat padahal sebenarnya berbanding terbalik 180 derajat. Kiki baru
tau bagaimana rasanya malu tingkat tinggi. Sejak itu, ia sudah kapok mencuri. Ia
tidak menyangka hal yang bisa menghentikan kebiasaan buruknya itu adalah dengan
shalat.